Artificial intelligence atau yang kerap di sebut Ai merupakan alat yang memudahkan kita dalam mengerjakan sesuatu yang sulit untuk didapat. Di era ini, Ai mulai memasuki kehidupan kita sehari-hari seperti design, learning, take photo dan masih banyak lagi. Sebagai seorang pelajar yang diberi kemudahan dengan adanya Ai, tentunya sangat memudahkan kita dalam mengerjakan tugas sulit yang diberikan oleh guru. Hal ini merupakan suatu yang sangat efektif , simple, mudah dan gak ribet. Tapi jika kita skeptis terhadap sesuatu, apakah alat ini baik untuk kita? Menyalahgunakan suatu kemudahan padahal akal kita masih mampu untuk mengerjakannya. Hingga timbul pernyataan alam bawah sadar kita “ kan ada Ai…?”. Lantas, bagaimana solusi untuk menyadarkan diri kita? Mari kita bahas melalui surat yang sering kita baca setiap shalat yakni surat Al- fatihah:6-7.
Pertama kita bahas ayat ke-6.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
“tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”.
Di dunia ini tak ada manusia yang sempurna kecuali para nabi, sebab mereka terjaga dari kesalahan atau dosa. Maka, di kalimat pertama kita dihadapkan dengan keharusan untuk meminta petunjuk yang jelas atau lurus. Quraish Shihab menjelaskan tentang pembagian petunjuk, yakni ada 3, Naluri yang diberikan kepada kita sejak lahir, Panca indera yang diberikan agar kita bisa merasakan sesuatu, Akal yang diberikan sejak kita dikenakan hukum islam (mumayyiz). Ai yang diciptakan dari akal manusia adalah salah satu petunjuk Allah SWT bagi umat manusia dalam memenuhi kebutuhan manusia seiring berkembangnya waktu. Alat ini Bisa dikatakan “petunjuk” yang hampir sempurna karena di program dari beberapa akal yang berkualitas. Tetapi apakah Ai bisa menjadi patokan kebenaran sedangkan akal manusia terbatas?
Dilansir dari beberapa media di google dengan kata kunci “beberapa kesalahan Ai” bisa disimpulkan melaui perspektif sosial menjadi 3 poin.
1. Candu kepada hal yang simple
Terlalu condong kepada sesuatu yang instant adalah penipuan terhadap akal. Hasrat keinginan lebih dipentingkan dibanding akal sehat hingga memengaruhi alam bawah sadar kita. Sama halnya ketika memakai sejenis narkotika dan susah untuk berhenti.
2. Memicu menyempitnya lapangan pekerjaan
Dengan program kecerdasan buatan Ai kemungkinan bisa menggantikan lapangan pekerjaan seperti; waiters, guru, montir, hakim, dan segala pekerjaan yang sifatnya membutuhkan analisis data dan teknik. Namun, ada pula beberapa pekerjaan yang tidak bisa digantikan seperti; tokoh agama, penulis, sastrawan dan segala pekerjaan yang berhubungan dengan kelimuan yang abstrak dan membutuhkan analogi yang mendalam dan apresiasi. Kalian bisa bayangkan jika mendengarkan nasihat agama dari robot. Pasti akan terlihat aneh dan lucu.
3. Tidak mempunyai moralitas
Jelas tidak punya, bagaiamana mungkin robot yang hanya di buat untuk membantu pekerjaan bisa mempunyai rasa simpati dan empati terhadap manusia? Sedangkan manusia mempunyai karakter yang heterogen dan kadang abstrak. Dan andaikata bisa akan sangat kompleks.
Indonesia masuk urutan ke-4 dunia kategori “ Negara paling antusias dengan Ai” setelah Nigeria, Vietnam, UAE terhadap penggunaan aplikasi chat GPT. Hasil survei tirto.id dan Jakpat ada sekitar 86,21% responden siswa menggunakan Ai untuk menyelesaikan tugas. Seiring berjalannya waktu nanti mungkin akan terjadi penurunan kualitas IQ pada generasi selanjutnya. Dan saat itu pula manusia akan berada di fase terendah dan Ai menjadi unggul. Terus, bagaimana cara kita meminimalisir asumsi fenomena yang akan terjadi?
Ayat ke-7 yang akan menjawabnya
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.
Kita telah diberi nikmat oleh Allah SWT yang mudah namun terdapat hal yang sangat urgent untuk menggunakan nikmat ini secara benar dan bijak. Teknologi yang kita dapat hari ini ialah bentuk kemudahan sekaligus cobaan. Kita bisa mengetahui informasi yang kita inginkan dengan cepat tanpa tahu referensi yang jelas. Pengalaman pribadi saya ketika menggunakan Ai untuk presentasi di kelas. Otak saya menjadi tumpul dan kering ketika mendapat pertanyaan yang kritis dari audiens. Alhasil, semulanya saya di apresiasi dan percaya diri menjadi kikuk seketika. Apakah kalian juga begitu? Jika benar, maka kita termasuk orang yang salah dalam menggunakan nikmat dan termasuk orang yang dimurkai dan sesat.Bagaimana dengan solusinya? Mari kita kembali lagi ayat ke-6 dalam kalimat “as-shiratal mustaqim” jalan yang lurus.
Beberapa orang mungkin pernah mendengar cerita tentang jembatan siratal mustaqim di akhirat yang mana jembatannya sangat tipis, hingga di ibaratkan seperti sehelai rambut yang dibelah menjadi tujuh bagian. Jika kita bisa menganalogikan ayat ini dengan segala fenomena yang terjadi, maka kita di beri petunjuk untuk moderat dalam menyikapinya. Kita memanfaatkan Ai dengan sebatas mempermudah bukan sepenuhnya mempermudah. Saya sekarang menggunakan Ai hanya untuk memperbanyak kosa kata atau bahasa ilmiah yang belum saya ketahui tanpa menihilkan referensi utama. Belajar dari pengalaman yang pernah saya buat sebelumnya. Atau kalian menggunakan Ai hanya untuk kepentingan yang sangat urgent dan penting. Intinya lebih bijaksana lagi dalam menyikapi teknologi. Karena waktu terus berjalan dan masalah akan tetap ada. Hingga dunia berakhir.
Tulisan diatas dibuat oleh Muhammad Tubagus Aby-Fathan, santri kelas XI MA Darul Irsyad, Pesantren Darul Irsyad, Bogor.